PERAN ETIKA DEWASA INI
Bagaimana perjalanan Etika Terapan? Bagaimana posisi Etika Terapan dewasa ini?
Peran Etika atau Filsafat Moral mengalami pasang surut.
1. Plato-Aristoteles sudah menyoroti masalah moral dengan mengajak pendengar menjawab pertanyaan dasar: bagaimana manusia hidup.
2. Abad Pertengahan. Thomas Aquinas mengembangkan Etika Terapan dalam Teologi Moral.
3. Zaman Modern. Immanuel Kant yang sangat regorositis teoritis masih membahas masalah praktis dalam filsafat mroal. Jeremy Bentham pun melahirkan teori Etika: utilitarianisme. Masa ini memunculkan istilah Etika Khusus untuk menyebut Etika Terapan.
4. Enam dekade Abad XX, Negara Eropa menempatkan Etika dalam Meta-etika dan berkutat dalam masalah kategoris linguistik. Membahas masalah: apa itu baik, buruk, jahat, atau layak.
5. Sekitar tahun 1960, Meta-etika kembali ke jalur awal: Etika Terapan. Pergeseran ini disebabkan oleh beberapa faktor:
1. Perkembangan ilmu-ilmu dan teknologi bukan hanya menghasilkan kemajuan tetapi juga masalah-masalah global yang bersifat etis-moral.
2. Secara Sosial, Eropa-Amerika mengalami ‘iklim moral’, dimana dibanyak tempat orang mulai memperhatikan masalah etis.
a) USA : Masyarakat memperjuangkan civil right kulit hitam.
b) Eropa : Masyarakat memperjuangkan emansipasi wanita.
c) Eropa : Mahasiswa (1970) berjuang untuk masuk dalam kepengurusan Universitas dalam pengambilan keputusan akademis.
d) Global : Masyarakat mengecam-protes peran USA dalam perang Vietnam. Secara Etis, Amerika salah peran dalam kawasan indocina tersebut.
e) Global : Penolakan keras terhadap lomba nuklir USA dan Uni Soviet.
6. Pergerakan peranan Etika tersebut berkembang dan terus bertumbuh sehingga dewasa ini, etika sedang naik daun.
7. Banyak bidang yang mempunyai implikasi moral sudah melibatkan etika dalam pertimbangan-pertimbangannya.
1. Kementrian Dalam Negeri Inggris membentuk kelompok kerja di bawah pimpinan filsuf Bernard Williams dalam pembahasan masalah pornografi dan sensor film.
2. Kementerian Kesehatan Inggris pun membentuk komisi etis di bawah filsuf Mary Warnock untuk membahas masalah pembuahan in vitro atau bayi tabung.
3. Di USA, ahli filsuf masuk dalam dua komisi etis yang mempelajari masalah biomedis: The National Commission for the Protection of Human Subjects of Biomedical and Behavioral Research (1974-1978) dan The President’s Commission for the study of Ethical Problems in Medicine and Biomedical and Behavioral Research (1980-1983).
4. Amerika memasukkan etika sebagai mata kuliah wajib dalam universitas-universitasnya.
Semaraknya Etika Terapan dalam kancah permasalahan etis-moral, membawa dampak besar bagi Etika Teoritis. Perdebatan masalah-masalah konkret memperjelas dan mempertajam prinsip-prinsip moral yang umm. Sebaliknya, Etika Terapan sangat membutuhkan prinsip-prinsip moral umum. Hasil Etika Terapan tidak bisa diandalkan dan ‘valid’, kecuali teori etika umum berbobot dan berkualitas.
ETIKA TERAPAN DAN PENDEKATAN MULTIDISIPLINER
Bagaimana Etika Terapan bekerja? Pendekatannya apa?
Pendekatan multidisipliner merupakan ciri khas etika terapan dewasa ini. Inilah bentuk kerjasama etika terapan dengan ilmu-ilmu profan lainnya.
Multidisipliner vs Interdisipliner
Multidisipliner adalah usaha pembahasan tentang tema yang sama oleh perbagai ilmu, sehingga semua ilmu itu memberikan sumbangannya yang satu kepada yang lain. Sekat-sekat ilmu masih dipertahankan; perspektif atau cara pandang masing-masing disiplin masih dipakai. Jika pembahasan multidispliner ini dibukukan maka jadilah BUKU BUNGA RAMPAI.
Interdisipliner adalah uasaha pembahasan tentang tema yang sama oleh perbagai ilmu, sedemikian rupa sehingga tercapailah suatu kesimpulan bersama atau pemahaman terpadu dari berbagai disiplin ilmu. Jika dibukukan, pembahasan interdisipliner akan menjadi BUKU utuh yang dikarang bersama.
Etika Terapan menggunakan pendekatan Multidisipliner (dan bukan interdisipliner) karena Multidisipliner merupakan pendekatan realistik dan efisiens. Interdisipliner mungkin dilakukan tetapi cukup sulit dan membutuhkan waktu. Sementara itu, Etika Terapan sering kali membutuhkan respon cepat-tepat dalam menghadapi kasus.
ETIKA DAN ILMU-TEKNO
Bagaimana hubungan ilmu-teknologi dipandang dalam hubungannya dengan etika?
Wajah dunia modern telah dibentuk oleh teknologi dan ilmu pengetahuan. Bahkan, manusia modern seolah tidak terpisahkan dengan ilmu-tekno. Berikut ini kita cermati wajah teknologi dan ilmu pengetahuan itu sendiri.
1. Ambiguitas Ilmu
Tidak bisa disangkal bahwa ilmu dan teknologi telah membawa perubahan dalam kehidupan manusia: lebih sejahtera, praktis, dan ‘dunia layak huni’. Tetapi, kalau dicermati lebih lanjut, ilmu dan teknologi juga mempunyai efek negatif, yaitu masalah-masalah moral-lingkungan-kemanusiaan-perdamaian-keadilan. Inilah ambiguitas ilmu dan teknologi: memberi kemajuan dan ‘kemunduran’ sekaligus.
1. Gambaran kemajuan dapat kita lihat dari pendapat beberapa tokoh berikut:
• Bernard Russell: perbaikan dalam idang kesehatan... memnbuat zaman ini disenangi...”
• Francis Bacon: sudah menyatakan bahwa knowledge is power.
• Auguste Comte: menyebut zaman ini sebagai zaman positif.
2. Gambaran ‘kemunduran’ dapat kita saksikan dalam: perang dunia I-II dengan bom atom di Hirosima (6.8.45) dan Nagasaki (9/8/45), lembaran hitam Nazi, masalah ekologi dan pemanasan global, pelanggaran HAM di berbagai belahan dunia, aborsi s/d kemungkinan kloning.
2. Masalah Bebas Nilai
• Harus ditegaskan bahwa ilmu dan teknologi tidak pernah bebas nilai. Maksud dari bebas nilai adalah bahwa perkembangan ilmu dan teknologi terbebas dari berbagai kepentingan-kepentingan eksternal dan bahwa maksud dan tujuan penelitian ilmiah adalah demi kebenaran universal ilmiah itu sendiri.
• Perlu dimengerti bahwa memang cara kerja ilmu dan teknologi tidak boleh diintervensi oleh pihak manapun. Ilmu dan teknologi harus bekerja sesuai dengan cara kerjanya sendiri.
• Perlu disadar bahwa Ilmu dan Teknologi cenderung (atau memang sengaja dan tidak mau peduli) menempatkan diri dalam usaha menjawab pertanyaan: bagaimana. Contoh: bagaimana cara kerja reproduksi, bagaimana gambaran zygot, bagaimana uraian molekul, bagaimana wujud inti sel pembentuk sifat makhuk hidup, dll.
• Harus diingat bahwa pertanyaan bagaimana tersebut mempunyai implikasi moral dalam pertanyaan untuk apa. “Untuk apa semua pengetahuan yang telah dicapai tersebut?”
• Analisa konkret: penelitian Manhattan Project (USA, 1940) tidak bisa dilepas-bebaskan begitu saja dengan peristiwa pem-bom-an Jepang (1945). Ilmuwan tidak boleh menjadi Pilatus (=cuci tangan) terhadap peristiwa itu. Proyek bom atum harus dimengerti dan dinilai secara etis berhubungan dengan Jepang (dan pencemaran lingkungan akibat sampah radioaktif yang tidak hilang dalam ratusan tahun).
3. Otonomi Teknologi
Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi diciptakan untuk membantu kehidupan manusia. Misalnya: Kaki (alat transportasi), tangan (mesin), mata (TV dan Film), telinga (radio-hp), Otak (komputer). Tetapi, apa yang dependent telah menjadi independen. Tentang hal ini, Martin Heidegger (1889-1976) menyatakan bahwa teknikyang diciptakan manusia untuk menguasai dunia, sudah menguasai manusia. Jadi, teknik berjalan dan beroperasi diluar kendali manusia. Lebih tragis lagi, kalau dulu teknologi menjadi instrumen bagi manusia, dewasa ini manusia telah menjadi instrumen bagi teknologi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar